Peran Supervisor untuk Menyelesaikan Studi Pascasarjana

Tim Sciencemind | Irawan
16 November 2024

Ada dua tipe orang yang pada akhirnya memutuskan untuk lanjut studi pascasarjana. Pertama ialah mereka yang lanjut langsung dari sarjana menuju magister. Kedua ialah mereka yang lanjut magister dengan diawali dengan pengalaman kerja terlebih dahulu di luar sana. Kemudian mereka memutuskan lanjut studi dengan status tugas belajar, beasiswa, mandiri, atau sejenis lainnya. Aku adalah tipe yang kedua. Jika melihat pengalaman pembelajaran yang sudah aku lalui, perbedaan yang aku rasakan saat kuliah lagi setelah ada pengalaman kerja adalah munculnya gap yang timbul dari diri sendiri. Sebuah perasaan yang di mana aku harus beradaptasi kembali pada dunia akademik.

Ada begitu banyak culture shock yang aku rasakan saat menjalani studi magister. Dari teman seangkatan yang bisa dihitung dengan jari sampai target akademik yang harus bisa diselesaikan dalam dua tahun. Ditambah aku harus pandai menyesuaikan diri dengan almamater yang berbeda saat kuliah sarjana dulu. Selain harus pandai mencari teman baru, aku juga harus lihai dalam memilih calon supervisor untuk penelitian. Dengan begitu, harapannya studi aku bisa selesai tepat waktu. 

Selain teman satu angkatan, ada kakak tingkat yang aku anggap sebagai mentor karena ia bersedia membantuku memberikan konsultasi perihal yang aku hadapi selama perkuliahan. Terutama pemilihan supervisor sebagai pembimbing pertama dan kedua untuk penelitian yang akan dikerjakan. Karena pada akhir semester pertama semua mahasiswa magister diwajibkan sudah memiliki dua calon dosen pembimbing dengan melampirkan proposal penelitian yang telah disetujui oleh keduanya.

Saat mempunyai dua supervisor berarti kita mendapatkan insights dari dua sumber yang berbeda. Bimbingan tesis pada dasarnya membantu kita mendapatkan ilmu baru perihal tentang topik penelitian yang kita kerjakan dari seseorang yang sudah pernah mengalami sebelumnya atau bahkan menjadi ahli pada bidang tersebut. Supervisor yang ideal adalah mereka yang melebur menjadi support system selama kita menjalani studi. Hal itu tentu menambah rasa percaya diri dan meningkatkan kemungkinan kita untuk berhasil mencapai target tertentu dalam menempuh pendidikan yang dipilih.

Sebagai contoh, supervisor kedua aku sangat sibuk. Kala itu beliau merupakan sekretaris program studi. Sampai terlampau sibuknya beliau, hampir jarang aku berpapasan di kampus. Tetapi kesibukan beliau bukan menjadi alasan untuk tidak membimbing mahasiswanya seoptimal mungkin. Beliau memanfaatkan platform digital sebagai dashboard kemajuan penelitian yang aku kerjakan. Jadi, setiap tahapan atau kendala yang ditemui selalu diminta melampirkan. Tidak jarang supervisor aku memberikan advice langsung pada platform tersebut.

Kontras dengan sebelumnya, supervisor pertama aku sering beredar di kampus. Sehingga beliau memiliki banyak waktu untuk mahasiswanya. Menariknya, beliau memiliki program “zemi” yang diterapkan untuk semua mahasiswanya. Baik yang sedang menempuh studi sarjana, magister maupun doktoral. Zemi dari kata “zeminaaru” dalam bahasa Jepang yang artinya seminar. Jadi, setiap seminggu sekali beliau meluangkan waktu untuk menyaksikan seminar dari mahasiswa bimbingannya. Seminar berisi paparan singkat mengenai kemajuan, kendala, solusi yang diharapkan, dan target terdekat terkait penelitian. Pada akhirnya, program “zemi” ini yang memberikan andil paling besar atas terselesaikannya penelitian yang aku kerjakan. Karena kita dipaksa untuk selalu ber-progress setiap minggu. Dari minggu berganti bulan dan bulan menuju akhir tahun maka tidak terasa penelitianku telah selesai. Hal itu ditandai dengan sebuah naskah tesis lengkap dengan lembar pengesahan yang aku kumpulkan di perpustakaan fakultas.

Aku hanya ingin berpesan agar teman-teman jangan sampai salah dalam memilih calon supervisor. Kita sendiri memang yang memiliki peran terbesar untuk menyelesaikan studi yang diambil. Namun, kita bisa memilih dengan siapa akan mewujudkan mimpi-mimpi dalam dunia akademik. Tidak ada salahnya untuk menjadi pribadi yang lebih selektif jika hal itu menyangkut masa depan. Karena akan selalu ada kesempatan terbaik saat kita telah memutuskan untuk mengubah nasib melalui level-up dalam jenjang pendidikan. 

“Tidak ada salahnya untuk menjadi pribadi yang lebih selektif jika hal itu menyangkut masa depan. Karena akan selalu ada kesempatan terbaik saat kita telah memutuskan untuk mengubah nasib melalui level-up dalam jenjang pendidikan.”

Ingin mencari mentor untuk membantumu leveling yourself up?